Realistic Mathematics Education (RME) merupakan pendekatan belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Pendekatan RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah kontekstual (contextual problems) sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Perlu dicermati bahwa suatu hal yang bersifat kontekstual dalam lingkungan siswa di suatu daerah, belum tentu bersifat kontekstual bagi siswa di daerah lain. Contoh berbicara tentang kereta api, merupakan hal yang konteks bagi siswa yang ada di pulau Jawa, namun belum tentu bersifat kontekstual bagi siswa di luar Jawa. Oleh karena itu pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik harus disesuaikan dengan keadaan daerah tempat siswa berada.
Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah kontekstual (contextual problems) sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Perlu dicermati bahwa suatu hal yang bersifat kontekstual dalam lingkungan siswa di suatu daerah, belum tentu bersifat kontekstual bagi siswa di daerah lain. Contoh berbicara tentang kereta api, merupakan hal yang konteks bagi siswa yang ada di pulau Jawa, namun belum tentu bersifat kontekstual bagi siswa di luar Jawa. Oleh karena itu pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik harus disesuaikan dengan keadaan daerah tempat siswa berada.
Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik
Lima karakteristik dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan
realistik adalah sebagai berikut:
1)
Menggunakan masalah kontekstual
Menggunakan
masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik awal harus merupakan masalah
yang sederhana yang ”dikenal” siswa.
2)
Menggunakan Model-model (Matematisasi).
Menggunakan model matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri
(self developed
models) dalam menyelesaikan masalah
kontekstual. Peran self developed models
merupakan jembatan bagi siswa dari
situasi real ke situasi abstrak.
3)
Menggunakan kontribusi siswa.
Kontribusi yang besar pada proses pembelajaran diharapkan datang dari
konstruksi dan produksi siswa itu sendiri.
4)
Menggunakan Interaksi antar siswa
Pemberian kesempatan untuk berpendapat dan mengemukakan ide-ide melalui
interaksi yang terjadi dalam kelas.
5)
Menggunakan
keterkaiatan (Intertwinment).
Dalam Realistic Mathematic Education (RME) pengintegrasian unit–unit
matematika adalah bermakna. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan
dengan bidang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam
mengaplikasikan
matematika, biasanya diperlukan pengetahuan
yang lebih kompleks.
|
Materi dan Pembelajaran
Matematika MI. (Surabaya: LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel)
Shofan shofa, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMR pada pokok Bahasan Jajar Genjang Dan Belah Ketupat.Skripsi.(Jurusan Penddikan Matematika Universitas Negeri Surabaya : Tidak Dipublikasikan,2008)